Awalnya kedatanganku ke kota ini untuk menghilangkan penat dan mencari inspirasi, seperti biasa. Permasalahan yang menumpuk di Organ yang baru saja aku masuki, MAPALA, serta permasalahan di keluarga membuatku cukup merasakan nyut-nyutan setiap harinya. Sebenarnya jika dikaji ulang, masalah yang muncul di Organ itu hanya karena salah pemahaman konteks. Yah, mayoritas orang kan memang susah memahami permasalahan yang sebenarnya. Kebanyakan hanya memahami apa yang ditulis dan yang didengar tanpa ada pengkajian ulang. Basicku yang dulunya pernah masuk di SISPALA juga memicu perseteruan itu. Gesekan kembali timbul karena banyaknya perbedaan sistem yang seharusnya secara general sama. Tidak peduli yang SISPALA maupun MAPALA. Seringkali timbul dalam benakku, mengapa organisasi yang pada dasarnya memiliki visi dan misi yang sama, harus berseteru karena masalah sepele? Jika sudah memanas, bendera masing-masing akan dikibarkan secara tinggi-tinggi. Mungkin inilah salah satu kekritisan Mahasiswa. Entah lah, nalarku terkadang tak mampu mengartikan ini semua.
Masalah yang selanjutnya adalah ibuku yang menyuruhku untuk berhenti kuliah karena minimnya dana. Ibu juga menyuruhku untuk berkerja, membiayai sekolah adekku yang masih duduk di bangku SMP. Jelas saja aku menolak mentah-mentah. Aku tahu aku egois. Tapi aku percaya akan selalu ada jalan. Aku yakin jalan itu telah digariskan, walaupun tak mudah seperti kebanyakan orang. Bahkan aku juga masih berani berharap, keluargaku yang selalu cerai berai dan tak sempurna ini suatu akan harmonis seperti kebanyakan keluarga yang kulihat. Lagipula aku baru saja mencintai Jurusan yang sebenarnya tak aku ada dalam prioritasku ini. Selama 1,5 tahun ini aku justru mendapatkan banyak ilmu disini. Lebih banyak dari yang aku duga. Dan kini aku sadar Allah selalu memberikan apa yang aku butuhkan. Setelah dikaji ulang, jurusan ini sangat sesuai dengan hobi travelling dan menulisku. Aku sudah menghasilkan 1 buku karena kombinasi hobi ini. Jogja adalah pendukung utama. Terima kasih Jogja, kamu selalu bisa menjadi sumber inspirasiku.
Saat berada di Jogja, aku kembali menemukan banyak keajaiban. Yang pertama, Lomba Penulisan Novel Young Romance Indonesia (YRI) yang diadakan oleh Penerbit Gradien Mediatama. Aku menghabiskan waktu selama seminggu untuk menambah kekurangan kata. Dan akhirnya tepat pada DL, 30 Januari kemarin, aku mengirimkan secara langsung naskahku itu. Pihak Penerbit keliatan kaget dan (mungkin) sedikit takjub saat aku mengantarkan naskahku itu. Sepertinya hanya aku yang mengantarkan naskah langsung. Kini aku berdoa bisa memenangkan lomba itu. Karena hadiahnya itu sesuai sekali dengan kebutuhanku, netbook dan hape. Sekarang aku sedang tidak memegang dua benda itu. Jadi jika aku memiliki keduanya, itu sangat bermanfaat, karena selama ini dalam pengerjaan naskah aku selalu meminjam laptop temanku, lebih seringnya laptop Nita, Mbedrek, salah satu teman SISPALA di Sidoarjo. Nita juga menemaniku selama seminggu lebih di Jogja. Karena dia sedang dirundung galau karena putus dari pacarnya.
Setelah Nita pulang, aku ikut Mbak Ebni ke Deles, salah satu lereng Gunung Merapi. Ada pembekalan anak MADAWIRNA disana. Sebenarnya aku menghindari bertemu mereka. Aku hanya tak ingin muncul masalah baru. Setelah masalah yang sudah-sudah. Namun, takdir akhirnya mempertemukanku dengan mereka. Rasanya senang sekali bisa bertemu mereka. Tak ada yang berubah. Mereka tetap baik. Ketika pulang, hujan mengguyur kami tiada henti. Aku yang tidak memakai jas hujan akhirnya basah kuyup. Namun, akhirnya aku berterima kasih pada hujan. Karena dia telah menjadi perantara (atau sebagai alasan) 'dia' berbicara padaku. Setelah selama pembekalan tak ada kata yang terucap diantara kami. Aku seneng, dia masih manggil aku adek. Hatiku masih tertambat padamu, Mas. Entah sampai kapan. Kamu satu-satunya orang yang udah bikin aku jomblo selama setahun ini. Walaupun rasa ini tak berbalas, namun aku sudah cukup bahagia karena memiliki rasa ini. Rasa ini sumber inspirasiku. Semoga kebahagiaan itu tak pernah jauh darimu, Mas. Saat suatu hari lara itu kembali terukir, menolehlah, karena aku akan selalu ada untuk menghapus lara itu. Kudoakan segala yang terbaik untukmu. Kudoakan, dermaga hatimu yang sekarang adalah yang terakhir dan yang terbaik untukmu.
Menjelang detik-detik hari terakhir Heregistrasi kuliah, akhirnya aku mendapat pinjaman uang dari Nita dan Anto. Aku bersyukur sekali. Akhirnya aku tidak perlu cuti lagi.
Keajaiban yang diberikan Allah benar-benar membuatku takjub. Keajaiban itu juga membuatku kembali bersemangat menjalani lika liku hidup ini.
Kemaren hari Mbak Ebni sempet bilang, "Yah, hidupmu kok kayaknya enak banged. Kayak orang yang nggak punya masalah."
Aku tak menjawab. Aku hanya tersenyum serta menjawab dalam hati, "Nggak ada satu orang pun di dunia ini yang lepas dari masalah. Semua orang harus tahu ketika kita bahagia. Agar mereka ikut berbahagia. Namun, tak semua orang harus tahu ketika kita berduka, bukan?"
Masalah yang selanjutnya adalah ibuku yang menyuruhku untuk berhenti kuliah karena minimnya dana. Ibu juga menyuruhku untuk berkerja, membiayai sekolah adekku yang masih duduk di bangku SMP. Jelas saja aku menolak mentah-mentah. Aku tahu aku egois. Tapi aku percaya akan selalu ada jalan. Aku yakin jalan itu telah digariskan, walaupun tak mudah seperti kebanyakan orang. Bahkan aku juga masih berani berharap, keluargaku yang selalu cerai berai dan tak sempurna ini suatu akan harmonis seperti kebanyakan keluarga yang kulihat. Lagipula aku baru saja mencintai Jurusan yang sebenarnya tak aku ada dalam prioritasku ini. Selama 1,5 tahun ini aku justru mendapatkan banyak ilmu disini. Lebih banyak dari yang aku duga. Dan kini aku sadar Allah selalu memberikan apa yang aku butuhkan. Setelah dikaji ulang, jurusan ini sangat sesuai dengan hobi travelling dan menulisku. Aku sudah menghasilkan 1 buku karena kombinasi hobi ini. Jogja adalah pendukung utama. Terima kasih Jogja, kamu selalu bisa menjadi sumber inspirasiku.
Saat berada di Jogja, aku kembali menemukan banyak keajaiban. Yang pertama, Lomba Penulisan Novel Young Romance Indonesia (YRI) yang diadakan oleh Penerbit Gradien Mediatama. Aku menghabiskan waktu selama seminggu untuk menambah kekurangan kata. Dan akhirnya tepat pada DL, 30 Januari kemarin, aku mengirimkan secara langsung naskahku itu. Pihak Penerbit keliatan kaget dan (mungkin) sedikit takjub saat aku mengantarkan naskahku itu. Sepertinya hanya aku yang mengantarkan naskah langsung. Kini aku berdoa bisa memenangkan lomba itu. Karena hadiahnya itu sesuai sekali dengan kebutuhanku, netbook dan hape. Sekarang aku sedang tidak memegang dua benda itu. Jadi jika aku memiliki keduanya, itu sangat bermanfaat, karena selama ini dalam pengerjaan naskah aku selalu meminjam laptop temanku, lebih seringnya laptop Nita, Mbedrek, salah satu teman SISPALA di Sidoarjo. Nita juga menemaniku selama seminggu lebih di Jogja. Karena dia sedang dirundung galau karena putus dari pacarnya.
Setelah Nita pulang, aku ikut Mbak Ebni ke Deles, salah satu lereng Gunung Merapi. Ada pembekalan anak MADAWIRNA disana. Sebenarnya aku menghindari bertemu mereka. Aku hanya tak ingin muncul masalah baru. Setelah masalah yang sudah-sudah. Namun, takdir akhirnya mempertemukanku dengan mereka. Rasanya senang sekali bisa bertemu mereka. Tak ada yang berubah. Mereka tetap baik. Ketika pulang, hujan mengguyur kami tiada henti. Aku yang tidak memakai jas hujan akhirnya basah kuyup. Namun, akhirnya aku berterima kasih pada hujan. Karena dia telah menjadi perantara (atau sebagai alasan) 'dia' berbicara padaku. Setelah selama pembekalan tak ada kata yang terucap diantara kami. Aku seneng, dia masih manggil aku adek. Hatiku masih tertambat padamu, Mas. Entah sampai kapan. Kamu satu-satunya orang yang udah bikin aku jomblo selama setahun ini. Walaupun rasa ini tak berbalas, namun aku sudah cukup bahagia karena memiliki rasa ini. Rasa ini sumber inspirasiku. Semoga kebahagiaan itu tak pernah jauh darimu, Mas. Saat suatu hari lara itu kembali terukir, menolehlah, karena aku akan selalu ada untuk menghapus lara itu. Kudoakan segala yang terbaik untukmu. Kudoakan, dermaga hatimu yang sekarang adalah yang terakhir dan yang terbaik untukmu.
Menjelang detik-detik hari terakhir Heregistrasi kuliah, akhirnya aku mendapat pinjaman uang dari Nita dan Anto. Aku bersyukur sekali. Akhirnya aku tidak perlu cuti lagi.
Keajaiban yang diberikan Allah benar-benar membuatku takjub. Keajaiban itu juga membuatku kembali bersemangat menjalani lika liku hidup ini.
Kemaren hari Mbak Ebni sempet bilang, "Yah, hidupmu kok kayaknya enak banged. Kayak orang yang nggak punya masalah."
Aku tak menjawab. Aku hanya tersenyum serta menjawab dalam hati, "Nggak ada satu orang pun di dunia ini yang lepas dari masalah. Semua orang harus tahu ketika kita bahagia. Agar mereka ikut berbahagia. Namun, tak semua orang harus tahu ketika kita berduka, bukan?"
Comments
Post a Comment