Cinta itu aneh. Bahkan kini aku membenarkan istilah jika "Cinta itu Buta". Kau tahu kenapa? Karena ketika kita benar-benar mencintai seseorang, secara tidak sadar kita telah membangun barikade setinggi mungkin yang menghalau datangnya cinta yang lain.
Pada saat hati kita memilih satu dermaga, kita akan terus menatapnya. Tak peduli di dermaga itu sudah ada kapal yang lain atau tidak. Tak peduli jika kita harus menunggu berapapun lamanya. Tak peduli jika cinta ini harus terombang-ambing di tengah samudera luas. Tak peduli jika pada akhirnya cinta ini akan hilang oleh ganasnya ombak lautan. Terlebih terkadang cinta ini tak sadar jika ada dermaga lain yang menantinya.
Sama halnya ketika kita menunggu di depan sebuah pintu harapan. Tak peduli bagaimana teriknya matahari memanggang kulit. Tak peduli bagaimana hujan mengguyur badan tiada ampun. Satu yang pasti, kita akan tetap menunggu. Kita tidak menyadari bahwa sebenarnya ada pintu lain yang terbuka. Kita tidak sadar!!
Aku pun sama. Aku memang tidak diam di tempat. Hidupku terus berjalan seperti yang seharusnya. Tapi aku tidak sadar akan satu hal, aku telah menutup hatiku untuk yang lain. Aku menutup cinta dari segala arah. Kupikir ini yang terbaik. Karena aku tak ingin meenyakiti hati yang lain. Aku tak ingin ada yang terluka. Jika benar ada cinta yang lain untukku, biarlah itu menjadi cinta untuknya sendiri. Aku tak perlu tahu. Karena jik aku tahu, itu hanya akan membuatku tidak tega.
Cinta terkadang rumit. Sama halnya dengan aku yang tak mudah untuk jatuh cinta. Tidak dalam waktu yang dekat. Tapi, bukankah cinta itu terkadang timbul karena terbiasa. "Witing tresno jalaran soko kulino". Sama dengan kasus mereka. Cinta bersemi diantara mereka karena banyaknya waktu yang telah mereka lewati bersama.
Lalu, akankah aku tetap seperti ini? Tetap menunggunya dengan secuil harapan. Tetap diam di tempat untuk masalah hati. Ataukah aku harus mulai membuka hati? Haruskah aku move on?
Hmm, entahlah. Hatiku masih memilih untuk menunggu...

Comments
Post a Comment