Sebulan sudah berlalu. Tanpa hadirmu. Hanya selarik kalimat yang menggerus hati menjadi keping-keping. "Mas cuma mau ngelupain adek." Ah, lagi-lagi aku bergelut dengan rasa ini. Patah hati.
Sebenarnya aku telah mempersiapkan hati untuk menerima semua kemungkinan yang ada. Hanya saja aku tidak menyangka jika secepat ini. Terlalu mendadak. Bahkan dua hari sebelum kepulanganku ke Surabaya pun kita masih baik-baik saja.
Hmm, saat itu ternyata menjadi malam minggu terakhir. Saat kau nyanyikan sederet lagu yang tak pernah kudengar sebelumnya. Rupanya kau ingin menenangkan hatiku selama aku berada di ibukota. Kau tahu, yang terjadi justru sebaliknya. Setiap kali mendengar lagu "Dengar Bisikku", aku yakin, kau menyanyikan itu dengan segenap kesungguhan hati. Walaupun kau berdalih, lagu itu adalah bagian dari masa lalu. Liriknya benar-benar menggambarkan cerita kita.
Sunshine, lelahkah kau di sana? Lalu aku harus bagaimana?
Kau tahu, aku masih saja terbangun saat tengah malam. Hal pertama yang kulakukan adalah menatap ponsel. Ya, ponsel pemberianmu yang chasing-nya sudah retak-retak. Selanjutnya, aku akan tersenyum miris. Karena tak ada sms ataupun panggilan tak terjawab yang berasal dari nomormu. Harus seperti inikah perpisahan kita?
Segenap tanya dalam benakku tak juga terjawab. Karena kamu pun memilih untuk menghilang. Sempat suatu hari aku mencari tahu bagaimana kabarmu melalui Mbak Ebni. Saat itu aku benar-benar khawatir dengan keadaanmu. Takut terjadi sesuatu. Karena pada beberapa hari ada kabar yang kurang mengenakkan. Beberapa Abang Militer Sub Tidore memasang status "Selamat jalan". Detak jantungku selalu tak karuan saat membaca status BBM itu. Syukur lah pesan dari Mbak Ebni melegakan.
"Pacarmu nang asrama. Sehat." Alhamdulillah. Ternyata Dia benar-benar menjagamu :')
Sebenarnya sedikit sangsi dengan kata awal di pesan singkat itu. Pacarmu? Ah, apakah masih seperti itu? Sepertinya kau mulai melupakanku.
Ingin sekali beranjak darimu. Melupakan kita. Sama seperti yang kini tengah kau lakukan. Tapi, hatiku menyuruh untuk bertahan. Hatiku berkata, "Kau akan kembali. Suatu hari nanti."
Kini, yang dapat kulakukan adalah menunggu. Dan, penantian ini adalah perjuangan terakhirku. Hingga tiba pada tenggat waktu yang telah kutentukan. Saat itu lah, aku akan benar-benar menghapus semua kenangan kita. Mengubur semua tentangmu dengan melewatkan sisa hidupku untuk menjadi lebih berguna. Aku akan memilih untuk mengunjungi setiap pelosok Indonesia. Atau mungkin, melanjutkan hidup di Halmahera.
Mungkin akan dibilang hidup dalam kenangan. Tapi inilah masa penyembuhan yang terbaik untuk diriku. Aku lebih bahagia saat berada di sana. Tentunya, kenangan kita memiliki energi positif tersendiri untuk selalu menguatkan.
Sunshine, ingatkah kisah yang pernah kutulis selama di Halmahera? Kisah tentang kita. Tentang hatiku yang akhirnya memilihmu. Saat takdir memilih untuk 'menghilangkan' file itu, saat itulah aku sadar, Dia ingin aku menjalani kisah ini secara utuh. Benar-benar utuh. Ini bagian yang menyesakkan. Sampai rasanya ingin sekali membunuhmu dalam ingatan. Tapi karena cerita itu, aku kembali bangkit. Aku bertahan.
Dia memiliki rencana tersendiri. Dia ingin kita menunggu jawaban sampai tiba saatnya nanti.
Aku cinta Dia karena ingin melengkapi hidupku. Sempurnakan hidupku sesuai ingin-Mu. Kuatkan hati kami, jika memang tengah diuji. Tolong jaga Dia di setiap langkahnya.
Sebenarnya aku telah mempersiapkan hati untuk menerima semua kemungkinan yang ada. Hanya saja aku tidak menyangka jika secepat ini. Terlalu mendadak. Bahkan dua hari sebelum kepulanganku ke Surabaya pun kita masih baik-baik saja.
Hmm, saat itu ternyata menjadi malam minggu terakhir. Saat kau nyanyikan sederet lagu yang tak pernah kudengar sebelumnya. Rupanya kau ingin menenangkan hatiku selama aku berada di ibukota. Kau tahu, yang terjadi justru sebaliknya. Setiap kali mendengar lagu "Dengar Bisikku", aku yakin, kau menyanyikan itu dengan segenap kesungguhan hati. Walaupun kau berdalih, lagu itu adalah bagian dari masa lalu. Liriknya benar-benar menggambarkan cerita kita.
Sunshine, lelahkah kau di sana? Lalu aku harus bagaimana?
Kau tahu, aku masih saja terbangun saat tengah malam. Hal pertama yang kulakukan adalah menatap ponsel. Ya, ponsel pemberianmu yang chasing-nya sudah retak-retak. Selanjutnya, aku akan tersenyum miris. Karena tak ada sms ataupun panggilan tak terjawab yang berasal dari nomormu. Harus seperti inikah perpisahan kita?
Segenap tanya dalam benakku tak juga terjawab. Karena kamu pun memilih untuk menghilang. Sempat suatu hari aku mencari tahu bagaimana kabarmu melalui Mbak Ebni. Saat itu aku benar-benar khawatir dengan keadaanmu. Takut terjadi sesuatu. Karena pada beberapa hari ada kabar yang kurang mengenakkan. Beberapa Abang Militer Sub Tidore memasang status "Selamat jalan". Detak jantungku selalu tak karuan saat membaca status BBM itu. Syukur lah pesan dari Mbak Ebni melegakan.
"Pacarmu nang asrama. Sehat." Alhamdulillah. Ternyata Dia benar-benar menjagamu :')
Sebenarnya sedikit sangsi dengan kata awal di pesan singkat itu. Pacarmu? Ah, apakah masih seperti itu? Sepertinya kau mulai melupakanku.
Ingin sekali beranjak darimu. Melupakan kita. Sama seperti yang kini tengah kau lakukan. Tapi, hatiku menyuruh untuk bertahan. Hatiku berkata, "Kau akan kembali. Suatu hari nanti."
Kini, yang dapat kulakukan adalah menunggu. Dan, penantian ini adalah perjuangan terakhirku. Hingga tiba pada tenggat waktu yang telah kutentukan. Saat itu lah, aku akan benar-benar menghapus semua kenangan kita. Mengubur semua tentangmu dengan melewatkan sisa hidupku untuk menjadi lebih berguna. Aku akan memilih untuk mengunjungi setiap pelosok Indonesia. Atau mungkin, melanjutkan hidup di Halmahera.
Mungkin akan dibilang hidup dalam kenangan. Tapi inilah masa penyembuhan yang terbaik untuk diriku. Aku lebih bahagia saat berada di sana. Tentunya, kenangan kita memiliki energi positif tersendiri untuk selalu menguatkan.
Sunshine, ingatkah kisah yang pernah kutulis selama di Halmahera? Kisah tentang kita. Tentang hatiku yang akhirnya memilihmu. Saat takdir memilih untuk 'menghilangkan' file itu, saat itulah aku sadar, Dia ingin aku menjalani kisah ini secara utuh. Benar-benar utuh. Ini bagian yang menyesakkan. Sampai rasanya ingin sekali membunuhmu dalam ingatan. Tapi karena cerita itu, aku kembali bangkit. Aku bertahan.
Dia memiliki rencana tersendiri. Dia ingin kita menunggu jawaban sampai tiba saatnya nanti.
![]() |
| Percayalah, doaku senantiasa menyertai setiap langkahmu.. |
Aku cinta Dia karena ingin melengkapi hidupku. Sempurnakan hidupku sesuai ingin-Mu. Kuatkan hati kami, jika memang tengah diuji. Tolong jaga Dia di setiap langkahnya.

Comments
Post a Comment