Untuk Timur Pertiwi, Tetaplah Berseri

Saat masih kecil, saya tidak cukup paham dengan definisi cinta tanah air. Sekalipun para pengajar seringkali menjelaskan tentang hal tersebut. Melalui letak demografis dan geografis, yang menyebabkan Indonesia memiliki tingkat keanekaragaman hayati yang tinggi. Yang terbesit di benak saya waktu itu adalah keanekaragaman yang seperti apa. Apakah Indonesia sungguh-sungguh kaya seperti yang dibincangkan oleh orang asing? Sampai Belanda pun pernah menjajah Indonesia selama 3,5 abad lamanya.

Pertanyaan-pertanyaan yang muncul di benak saya sewaktu kecil akhirnya terjawab satu per satu. Melalui setiap perjalanan yang sudah saya lakukan. Indonesia memiliki banyak tempat yang mengagumkan. Baik dari sisi sejarah, budaya atau bentang alamnya. Tentunya setiap tempat memiliki keunikan tersendiri. Seperti Daerah Istimewa Yogyakarta yang tetap menjaga nilai-nilai kearifan lokal sampai sekarang. Tidak heran jika banyak turis mancanegara yang datang untuk berkunjung.

Sayangnya, masih banyak tempat di Indonesia yang kondisinya masih memprihatinkan. Tidak mudah memang melakukan pembangunan secara merata. Dikarenakan Indonesia merupakan negara kepulauan. Sekalipun berbagai program telah diupayakan oleh instansi pemerintahan. Permasalahan tersebut saya jumpai ketika ikut bergabung menjadi peserta Ekspedisi NKRI tahun 2014 dan 2016. Lokasinya di Maluku Utara dan Papua Barat.

Pembangunan di wilayah timur Indonesia memang tidak sebaik di wilayah barat. Terutama untuk akses jalan, listrik, sarana komunikasi, fasilitas pendidikan dan kesehatan. Pemadaman listrik adalah hal yang biasa terjadi di sana. Begitupun ketika berada di tempat yang tidak memiliki sinyal telepon. Biasanya ada tempat khusus yang bisa menangkap sinyal, tapi jaraknya cukup jauh. Saya pernah mengalami kejadian tersebut ketika berada di Tomage, Fakfak. Tempat itu berjarak sekitar 2 km dari rumah penduduk. Beberapa orang yang sudah datang terlebih dahulu mengatakan bahwa sudah beberapa hari tidak ada sinyal yang mampir. Untungnya, kami dibekali telepon satelit. Sehingga laporan dikirim melalui pesan singkat bukan via email.

Berada di tempat-tempat dengan keterbatasan seperti itu telah mengajarkan saya banyak hal. Untuk lebih bersyukur, lebih toleransi kepada orang lain, tidak banyak mengeluh dan yang paling penting, saya semakin mencintai negara ini. Terlepas dari permasalahan yang berada di pusat pemerintahan. Di wilayah timur, rasa toleransi antar agama lebih tinggi. Fakfak, sebuah kota di Papua Barat yang merupakan miniatur kecil keberagaman budaya dan agama di Indonesia.

Perjalanan-perjalanan itu selalu mengajak saya untuk melakukan perjalanan lagi. Berbagi ilmu, pengalaman hidup dan mengenal tempat-tempat baru. Kali ini, besar harapan saya bisa terpilih sebagai peserta YOUCAN Social Expedition. Sengaja memilih Kota Tual karena saya memang sudah jatuh cinta dengan Timur Pertiwi.

Saya ingin berbagi cerita dengan anak-anak yang ada di sana. Tentang Indonesia yang terbentang dari Sabang sampai Merauke. Tentang kota-kota besar yang selalu padat kendaraan dan pemukiman. Tentang profesi apa saja yang bisa mereka miliki saat sudah besar nanti.

Saya ingin mereka memiliki mimpi yang sama dengan anak-anak yang tinggal di kota-kota besar. Melalui belajar dengan giat dan kemauan yang besar untuk meraih cita-cita tersebut. Walaupun mungkin fasilitas yang mereka dapatkan hanya seadanya. Selain itu, saya juga ingin mengenal masyarakat Tual lebih dekat. Kebiasaan mereka, kearifan lokal setempat. Dan kiranya hal sederhana apa yang bisa saya lakukan untuk mereka. Agar masyarakat di sana tetap bersemangat untuk mengembangkan daerahnya. Sehingga bisa menjadi lebih baik dan tidak kalah dengan kota maju lainnya. Tentunya melalui potensi yang dimiliki Tual, tanpa mengesampingkan nilai-nilai konservasi lingkungan.

Sejauh ini saya tidak ada masalah dengan proses adaptasi dengan lingkungan baru. Barangkali karena saya sering bepergian jadi bisa beradaptasi dengan cepat. Hal pertama yang saya yakini ketika bepergian adalah setiap orang itu baik. Jadi ketika kita berniat baik, pasti akan selalu ada jalannya. Satu alasan mendasar yang membuat saya sangat ingin bergabung dalam kegiatan ini : karena saya ingin menjadi lebih berguna bagi sesama, dengan begitu hidup saya akan lebih bermakna.

Comments