Benarkah jika sudah sering mengikuti kegiatan volunteering membuat kita memiliki peluang yang lebih besar ketika apply kegiatan selanjutnya?
Jawabannya adalah tidak. Banyak yang
salah mengira jika aku pasti diterima ketika melakukan apply pada sebuah kegiatan. Kenyataannya
tidak demikian. Dari beberapa kegiatan yang berhasil aku ikuti, ada banyak
sekali aplikasi yang aku ajukan sebelumnya. Bahkan, aku saja sudah lupa berapa kali
aku mendaftar untuk mengikuti event-event yang sekiranya sesuai dengan passion
yang kutekuni.
Ada satu
hal yang kuyakini terkait dunia volunteering, niat kalian ketika mendaftar. Jika
benar-benar tulus ingin berbagi, mengisi sisa hidup dengan hal-hal yang
berarti, kemungkinan besar semesta akan turut berkonspirasi. Membantu memanipulasi berbagai hal untuk
mewujudkan keinginan kalian. Namun, jika alasan kalian tidak demikian, entah
untuk mencari materi, menunjukkan eksistensi diri, atau hal-hal lain untuk
keperluan pribadi, semua itu hanya akan menjadi ilusi. Ini bukan sekedar omong
kosong belaka. Aku sudah membuktikannya. Karena sebelum submit form pendaftaran, akan ada berbagai
hal yang menjadi faktor pendorong serta penarik agar aku memilih ikut serta. Percayalah,
jika kalian submit aplikasi, apapun itu, yang didasari ketulusan hati, Tuhan
akan menjawabnya dengan berbagai cara. Jika tidak sekarang, pasti suatu hari
nanti. Teruslah membaca catatan ini, agar kalian tahu seberapa panjang jalan
yang kutempuh sebelum meraih apa yang kuimpikan.
Bisa menjadi
bagian dari Asian Games 2018 seolah masih terasa seperti mimpi. Sekalipun teman-teman
sesama volunteer tidak merasa demikian, bagiku ini benar-benar jawaban atas apa
yang selama ini kuusahakan. Dulu sekali, aku pernah bermimpi untuk ikut serta
dalam kegiatan internasional. Apapun itu. Akan tetapi, sebelum itu terlaksana,
aku ingin mengenal Indonesia lebih dekat. Agar aku tahu bagaimana kehidupan di
tanah yang kupijak sedari lahir. Itulah kenapa aku melakukan traveling kesana
kemari. Bukan seperti anak muda kekinian, aku memiliki cara unik
untuk tetap berkegiatan sekaligus jalan-jalan. Ikut serta menjadi relawan
kegiatan sosial. Karena jika menggunakan dana pribadi, dari sisi ekonomi aku
belum mencukupi. Dan jika menunggu aku memiliki tabungan yang mencukupi, tentu
keburu basi.
Berawal dari
niat tersebut, aku mulai mengikuti kegiatan-kegiatan yang ada di berbagai daerah. Entah pelatihan,
lomba dan semacamnya. Dari kegiatan-kegiatan tersebut, aku akhirnya mengikuti
kegiatan relawan pertama sebagai peserta Ekspedisi NKRI Koridor Maluku dan Maluku Utara pada tahun 2014. Selama empat
bulan berada di Halmahera dan sekitarnya, tidak kusangka bahwa ini adalah titik
awal dari segalanya. Usai ekspedisi, nyatanya aku lebih banyak mengikuti
kegiatan relawan bahkan sampai detik ini. Dengan berbekal pengalaman seputar
manajemen organisasi, dunia kerja serta beberapa kegiatan ekspedisi, aku pun
mulai memberanikan diri untuk mendaftar kegiatan dengan skala internasional. Sempat
apply beberapa kegiatan. Detailnya apa saja aku sudah lupa. Terakhir yang
kuingat IREX, semacam program studi singkat yang diadakan oleh pemerintah
Amerika untuk negara-negara berkembang. Namun, sekali lagi, jika belum rejeki,
jika belum waktunya, kita tidak akan mendapatkannya.
Ya, aku
belum lolos dalam kegiatan bergengsi tersebut. Tapi aku tidak berhenti disitu. Selanjutnya yang dapat
kulakukan saat itu adalah melakukan upgrade diri, upgrade skill yang memang
sekiranya aku paham di bidang tersebut. Lalu, ketika awal tahun ini ada
pengumuman untuk turut serta dalam ajang Asian Games 2018, aku kembali
mendaftar. Besar harapan bisa bergabung, sekalipun aku tidak cukup paham
mengenai sport event. Saat itu bekal yang kuketahui hanya pengetahuan singkat
mengenai Pyeongchang Olympic 2018. Yang ternyata, cukup membantu.
![]() |
| Nice moment with Sri Lanka Media Team |
Alhamdulillah, aku akhirnya terpilih. Bahagianya lagi di departemen yang memang kuinginkan, Arrival Departure and Hospitality. Sayangnya, Tuhan memiliki rencana lain. Aku tidak lagi menjadi bagian dari tim penjemputan atlet dan official. Tuhan benar-benar cukup baik dalam mengenal setiap umatnya. Aku mendapat amanah yang lebih besar di bagian olah data. Sempat kecewa karena tidak bisa mempraktekkan bahasa Korea yang selama ini kupelajari. Namun pada akhirnya aku lebih bersyukur atas pencapaian yang berhasil kuraih. Ini meyakinkanku bahwa suatu hari aku harus ikut serta dalam event internasional lagi. Jadi aku bisa bercerita tentang Indonesia lebih banyak lagi.
Sekalipun bertugas di balik layar laptop, puji syukur aku mendapat beberapa kesempatan langka. Salah satunya menonton secara langsung rehearsal Opening Ceremony di Stadion Utama Gelora Bung Karno. Tiket rehearsal ini gratis, tapi hanya untuk orang-orang tertentu saja. Beruntung aku memiliki salah seorang teman bernama Oktavia Wijayanti. Dia salah satu teman sesama relawan ketika kegiatan sosial di Tual. Lain kali aku akan bercerita mengenai kegiatan ini. Singkat cerita dia turut andil dalam OCC (Opening Closing Ceremony) Asian Games 2018. Kebetulan dia mempunyai dua tiket rehearsal, salah satunya diberikan padaku. Well guys, another benefit by joining as volunteer is networking!
Ketika rehearsal berlangsung, aku sempat menangis terharu. Malam itu benar-benar dihiasi dengan derai air mata bahagia. I said to
myself, “You’ve been so far. Don’t give up for your another dreams.” Setelah
melalui begitu banyak jalan dan pilihan yang tidak mudah, mimpi ini terwujud. Seolah
Tuhan mengatakan, ini jawaban atas doa-doamu serta rasa sakit setiap kali kau
jatuh namun bangkit lagi. Aku pun bertanya pada diriku sendiri, “Apa yang
membuatku setangguh ini?” Karena aku tidak yakin, orang lain akan melakukan hal
yang sama jika berada di posisiku yang serba susah. Mostly people will choose
the easy one than walk through the hard ways.
![]() |
| Kemegahan panggung Openg Ceremony Asian Games 2018 |
Sayangnya,
hidupku tidak pernah mudah. Bahkan ketika aku belum terlahir di dunia. Otakku yang
terbiasa menganalisa berbagai hal tidak pernah berhenti bekerja. Sekalipun ketika
aku menutup mata. Tidak ada detik yang kulewatkan dengan berleha-leha. Menghamburkan
uang demi hal-hal tidak berguna seperti yang seringkali orang katakan. Mereka yang
beranggapan demikian belum mengenalku dengan baik. Itulah kenapa sejatinya kita
tidak bisa menilai seseorang berdasarkan apa yang terlihat. Karena kita tidak
pernah tahu apa yang mereka pikirkan.
Kembali lagi
pada topik kali ini. Kalian mungkin akan bertanya-tanya, kenapa akhirnya
menjadi volunteer seolah menjadi hobi. Percayakah kalian jika ini semua bermula
dari sebuah kisah patah hati? Ya, malam ini mari kuajak kalian mengunjungi
salah satu ruang hati yang terkunci. Tempat dimana aku berusaha menyimpan
kenangan-kenangan terbaik, yang akan kubuka sesekali. Bukan untuk meratapi, melainkan untuk kembali menguatkan hati. Bahwa aku pernah mengalami masa-masa sulit yang berhasil kulewati.
Ini tentang seseorang yang namanya pernah mengisi setiap
sujudku. Tentang dia, satu-satunya orang yang pernah membuatku berhenti
melangkah. Karena ketika berada di sisinya, aku tak ingin lagi pergi
kemana-mana. Sayangnya, cinta saja tidak akan cukup mempertahankan seseorang
untuk terus berada di sisi kita. Lagipula, jika belum berjodoh, sekeras apapun
usaha untuk bersama, semua akan menjadi sia-sia.
Tipikal orang yang susah jatuh hati pada apapun terkadang
menguntungkan juga merugikan. Bukan hanya pria. Barang, buku, atau hal lain pun
sama. Tapi, ketika sudah benar-benar jatuh hati pasti akan selalu setia
mendampingi. Tidak peduli seberapa susah keadaan yang harus dihadapi. Itulah aku.
Jadi, kalian tentu sudah menemukan jawaban mengapa aku begitu mengidolakan EXO.
Salah satu boygroup asal Korea Selatan yang sering ku-posting di instagram selama dua tahun terakhir. Lain
kali aku akan bercerita lebih lanjut tentang mereka. Malam ini aku akan
bercerita tentang dia.
Pria ini bukan dari kalangan orang biasa. Ada atribut khusus
yang selalu mengingatkanku bahwa dia telah dikontrak mati oleh negara. Awal-awal
kami berpisah, rasanya susah melupakannya. Ada banyak hal yang mengingatkanku
padanya. Sampai saat ini pun, kadang aku teringat padanya. Hanya saja
frekuensinya tidak sesering dulu. Sudah terbiasa. Beruntung, aku mengenal EXO
pada awal tahun 2017. Mereka memiliki andil cukup besar dalam membantuku
melepaskan dia. Terutama salah satu personel grup ini yang bernama Baekhyun. Tenanglah,
lain kali aku akan bercerita lebih lanjut mengenai 9 orang ini.
Lanjut lagi. Menjalani LDR tentunya tidak mudah, aku
seringkali memberikan buku harian yang isinya curhatan ketika kami akhirnya berjumpa. Sempat
juga memberikan kumpulan surat yang kutulis ketika aku berada di Papua. Hingga akhirnya
di suatu titik, aku menyadari kemungkinan bersama itu berada di ambang
mustahil. Itulah saat dimana aku mengakhiri segalanya. Di surat terakhir yang
kuberikan padanya, aku berkata ingin menghabiskan sisa usia untuk menjadi lebih berguna bagi sesama. Berharap Tuhan mendengar dan mewujudkannya. Karena kupikir,
itu adalah cara terbaik untuk mengobati hatiku yang mendadak menjadi hampa. Dan
aku tidak menyangka jika Tuhan benar-benar mengabulkannya. Lewat berbagai
kegiatan relawan yang berhasil aku ikuti. Jujur saja, aku baru menyadarinya
akhir-akhir ini. Lalu, aku kembali tersenyum. Apa yang kita ucapkan dengan
sungguh-sungguh adalah doa yang kemudian akan diwujudkan oleh Tuhan. Itulah kenapa
kita harus berhati-hati dalam bertutur kata.
Aku tidak tahu bagaimana cara kalian mengobati patah hati. Barangkali
caraku ini dapat dimasukkan dalam list kalian nanti. Karena percayalah, patah
hati tidak dapat dihindari jika kalian telah melewati fase jatuh hati. Hmm, selanjutnya
mungkin akan muncul pertanyaan seperti ini. Sekarang aku masih sendiri, apakah
dia alasannya? Dengan tegas kujawab tidak. Bukan dia alasannya. Aku memiliki alasan tersendiri. Ada beberapa
hal yang masih harus kubenahi. Ada banyak mimpi yang masih kukejar. Terlebih,
ada goresan-goresan dalam ingatan yang perlu kuhapus perlahan. Lagipula, aku
masih memiliki mimpi untuk bertemu EXO yang terwujud bukan?
![]() |
| Hello EXO! Let's meet someday at the right moment! |



Comments
Post a Comment