Hubungan pertemanan kami tidak akan semanis sekarang. Jika kami tidak pernah adu argumen, saling bentak, dan berjuang di keadaan sulit bersama-sama. Itulah kenapa, hubungan pertemanan banyak jenisnya. Tinggal kalian mau pilih mana. Yang bisa bebas berekspresi atau yang miliki popularitas tinggi, tapi sikap harus dibatasi.Akhirnya, Asian Games 2018 berakhir sukses. Rasanya bahagiaku tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Apalagi, banyak hal-hal di luar ekspektasi yang akhirnya terjadi. Ah, rupanya Tuhan benar-benar menyayangi gadis anti mainstream ini, ungkapku dalam hati. Hidup selama kurang lebih 1,5 bulan di ibukota, aku belajar tentang banyak hal. Gak cuma trik mengatasi kemacetan, tapi juga tentang kerasnya kehidupan. Pengalaman yang akhirnya menjadi kenangan, yang kelak akan kurindukan.
Bicara soal rindu, aku memutuskan untuk tinggal lebih lama di ibukota. Karena ada rencana meet up bersama mereka, orang-orang hebat yang pernah tinggal satu atap bersamaku selama tiga bulan di Fakfak, Papua Barat. Ini semua berawal dari obrolan kami di grup whatsapp. Tanggal sudah ditentukan, tapi sampai mendekati hari H pun belum ada kepastian. Namun, karena sudah hapal perilaku mereka, aku tetap memutuskan untuk menunggu. Karena, orang-orang ini sukanya dadakan. Dan benar, sehari sebelum bertemu, mereka baru memberi kabar.
![]() |
| Awalnya masih bertiga--- |
Kami benar-benar menggunakan kesempatan ini sebagai quality time. Dua tahun lebih tidak berjumpa, tentu banyak hal yang ingin kami ceritakan. Tentang kesibukan masing-masing, atau tentang kenangan-kenangan ketika kami berada di barak putri. Ngomong-ngomong soal barak putri, jangan bayangkan ini seperti tenda-tenda yang ada di perkemahan militer. Tidak sama sekali. Barak putri kami cukup eksklusif. Letaknya pun berada di "atas bukit". Lain kali aku akan bercerita lebih lanjut tentang ini. Ingatkan aku ya! xoxo
| Terus jadi berlima--- |
Dari kelima orang yang ada di foto di atas, Aku paling sering bertemu dengan Indi, nama lengkapnya Indiana Malia. Karena selama persiapan Asian Games 2018, aku sempat menginap di kosannya. Kami juga cukup sering berhubungan melalui media sosial. Entah untuk sekadar sharing atau membicarakan sesuatu. Berbeda dengan ketiga kawanku lainnya. Bisa dibilang jarang berkomunikasi, tapi sekalinya bertemu seperti ini, kami bisa ngobrol sampai lupa waktu. Jadi, agar lebih akrab mari kuperkenalkan kawanku ini satu per satu.
Dimulai dari Mbak Rima (paling kanan kerudung marun). Sekarang dia menetap di Lampung sebagai salah satu staf di rumah sakit yang ada di pusat kota. Padahal sih, katanya dia masih pengen pergi kemana-mana macam ekspedisi atau kegiatan sosial lainnya. Tapi bapak udah mulai warning, jadi sekarang gak bisa kemana-mana, begitu ceritanya. Dia ini tipikal silent reader, tapi masih mengamati aktivitas kawan-kawannya satu per satu. Kalau dimintain bantuin juga lumayan gercep. What a lovely friend!
Terus di sampingnya ada Indi. Dia sekarang bekerja di salah satu media besar di ibukota. Sejak kenal di ekspedisi, kami jadi lumayan dekat. Padahal kami ini punya sifat yang bertolakbelakang. Indi ini lebih meledak-ledak, moody tapi sekarang udah lumayan membaik, tapi di balik itu semua, dia cukup tangguh. Aku mengamati bagaimana perjuangannya sebelum sampai di titik yang sekarang. Jatuh bangunnya dia. Itulah kenapa, jika dia cukup keras pada orang yang tidak dekat dengannya, itu wajar. Dan aku bangga pada prestasi-prestasi yang sudah dia ukir. Bapak Ibunya di Jember juga pasti lebih bangga lagi.
Nah balik lagi. Sebelah Indi ada Eva. Dia sebenarnya domisili Palembang. Tapi karena ada urusan di Jakarta, akhirnya dia bisa bergabung meet up kali ini. Eva ini yang paling sering digodain sama abang-abang karena ekspresinya lucu. Ah ya, bicara soal Eva. Aku masih inget dia, Mbak Rima sama Izza pernah ribut gegara kutu. wkwkwk. Guys, mungkin mereka bakal ngomel karena aku nulis ini. Tapi biarin, karena ini yang melintas di pikiranku saat ini. Jadi, di daerah timur, seperti Papua dan Maluku, masih banyak masyarakat yang memiliki kutu. Dan, mereka bertiga tertular kutu setelah menginap di salah satu rumah warga. Oh ya, mereka bertiga satu tim di bagian pengabdian masyarakat. Sebutannya trio kwek kwek karena kalau pergi kemana-mana seringnya bertiga.
| Akhirnya jadi berdelapan (Dari depan kiri : Izza, Me, Mbak Rima, Eva, Indi. Dari belakang kiri : Bang Ferdi, Bang Ferry, Bang Iman) |
Yang terakhir ada Izza. Dia sekarang lagi sibuk ngelanjutin S2 di Jogja. Izza ini mulutnya yang paling nyablak diantara semua kaum hawa di subkorwil Fakfak. Pokoknya nggak ada remnya. Kalau belum kenal, pasti dikira dia anaknya nggak sopan. Padahal nggak demikian. Pas di Fakfak, suka kasihan karena sering dibilang gak pernah mandi. wkwkwk. Gak tau ya kenapa abang-abang sama bapak-bapak militer suka banget ngatain begitu. Ya emang sih kadang dia gak mandi, tapi kan yang penting wangi. xoxo
Selain para anak ular, kode khusus untuk sipil perempuan di subkorwil Fakfak, kemarin ada Bang Ferdi, Bang Ferry sama Bang Iman yang dateng nyamperin kami. Huhu... bahagia dong disempetin buat nyamperin adek-adeknya ini. Di tengah kesibukan di batalyon masing-masing. Dan mereka masih aja suka nraktir, padahal sekarang kami sudah punya penghasilan sendiri. Bahkan, Bang Iman jauh-jauh dari Cilodong bawain bungkusan lapis kukus khas Bogor. Suka terharu sama yang beginian. Jadi inget aku dulu sering gontok-gontokan sama abang-abang ini. Karena dulu tim kehutanan sama jelajah ralasuntai (rawa, laut, sungai, pantai) sering barengan.
Dari cerita mereka bertiga, aku jadi tau kalau Bang Ferdi baru pulang dari Hawai buat latihan bareng sama militer di sana. Terus Bang Ferry lagi persiapan mau berangkat ke Lebanon buat gabung UNIFIL. Dan Bang Iman yang baru menikah, udah bisa tinggal di luar batalyon bareng istrinya. Selain mereka bertiga, kita sempet video call-an bareng Bang Fauzi. Abang ini boleh aja godain cewek sana sini, tapi setia banget sama pacarnya dan alhamdulillah mereka udah nikah. Abangnya anak-anak Flora Fauna ini baik banget meskipun kadang suka jahil. Gak cuma itu, di grup whatsapp Bang Arlani sama Bang Anshori ngirimin video. Lagi nyanyi bareng buat kami berlima dong! Ya allah orang-orang ini bikin makin rindu Fakfak! Semoga ya someday Allah ngasih rejeki buat kesana lagi.
Aku kangen Mbak Wati, Mama Ica di teluk patipi, Bapak Ibu di Tomage, Pak Hasan sama Pak Pieter. Pasar Tumburuni, Reklamasi, Tebing-tebing di sepanjang jalan menuju Arbes, Pulau Panjang dan masih banyak lagi.

Mantap
ReplyDelete