Menulis Juga Butuh Istiqomah, Jangan Patah Semangat Ya!

Cukup istiqomah dan tunggu. Biarkan alam semesta membantumu.
Siapa yang tidak pernah gagal? Pasti nggak ada kan. Semua orang pasti pernah merasakan. Bedanya adalah bagaimana kita menyikapi setiap kegagalan. Yang perlu kita pahami adalah hidup itu berliku. Semua orang juga pasti tahu. Gagal berulang kali itu gak masalah selama kita terus melangkah maju. Buat kamu yang saat ini ingin menyerah, semoga sedikit cerita ini bisa kembalikan semangatmu ya!

Sejak kecil aku sudah hobi sekali menulis. Entahlah, bawaan mungkin. Saat itu lebih suka menulis fiksi daripada artikel. Ya, aku suka berimajinasi. Apalagi sastra adalah gambaran seluk beluk kehidupan yang sedang kita jalani. Kesalahan yang kulakukan selama belasan tahun adalah tidak istiqomah. Aku menyerah karena naskahku ditolak beberapa kali oleh beberapa penerbit. Sampai akhirnya aku mulai memantapkan niat untuk terus menulis secara intens.

Foto bersama dengan Community Writer dan Community Editor di Kelas Menulis Tema Lifestyle (Doc. IDN Times)

Kali ini bukan lagi fiksi, tapi artikel. Benar kata pepatah, di mana ada niat, di situ ada jalan. Selama bertahun-tahun nulis tapi belum pernah ketemu media yang pas. Nggak nyangka di penghujung akhir tahun 2018 ini bisa kenal IDN Media. Sebenernya udah lama tahu. Mungkin dari sekitar awal 2017 lalu. Bahkan salah seorang kawan yang bekerja di media ini selalu mengingatkanku untuk menulis di IDN Times Community. “Nulis’o!” pintanya dalam bahasa Jawa.

Tapi ya namanya belum niat banget itu susah. Waktu itu lebih suka bikin caption panjang di instagram. Haha. Tapi setelah banyak yang DM atau komentar kalau mereka suka tulisan-tulisanku, dari situ mulai kepikiran buat istiqomah menulis (lagi). Iya guys, menulis juga harus istiqomah. Kalau nggak ya siap-siap kalah sama malas. Yang nggak kalah penting juga, bakat itu harus sering-sering diasah. Practice and practice. Gak ada yang lain.

Akhirnya setelah memantapkan hati, sekitar pertengahan bulan Oktober kemarin aku submit tulisanku untuk yang pertama kali. Waktu kurasinya cepet banget. Hanya beberapa jam. Pas aku cek nggak banyak yang disunting. Gimana rasanya? Pasti bahagia ya. Apalagi niatku emang buat mengasah skill. I mean, aku butuh pendapat orang yang benar-benar paham di bidang ini. Bukan sekadar komentar bagus. Gak lama setelah itu, ada info melalui medsos IDN kalau bakal buka Kelas Menulis. Gak pake lama langsung daftar! Apalagi ini acaranya GRATIS!

Pada akhir Oktober lalu, aku berkunjung pertama kali di IDN Media Creative Lab Surabaya buat ikut Kelas Menulis sekaligus launching #MilennialsMemilih. Kesan pertama adalah menarik! Kantor IDN itu sederhana, tapi nyaman buat belajar juga kerja. Dari apa yang kutangkep dari penjelasan IDN Team tentang berita, hoaks, juga politik adalah media ini sangat dekat dengan anak muda. Topik-topik yang berat sebisa mungkin disampaikan dengan bahasa yang sederhana agar mudah dicerna.

Emma (yang berkerudung motif), salah satu Community Writer yang aktif menulis di IDN Times Community. Di sampingnya ada Siska, masih newbie tapi semangat nulis. (Doc. IDN Times) 

Dari situ aku makin tertarik buat menulis di IDN Times Community. Keseruan lainnya adalah aku ketemu banyak Community Writer selama acara. Salah satunya Emma. Datang jauh-jauh dari Jombang, nggak nyangka Emma ini masih SMA! Yang paling mengejutkan lagi adalah dia nulis udah puluhan artikel. Itu rasanya kayak aku tertampar. Wkwkwk. Iya soalnya aku baru nulis dua artikel waktu itu. Tapi ada cerita lain yang bikin aku semakin semangat nulis.

Salah seorang Community Writer yang lain bercerita tentang artikelnya yang lama banget di-published. Padahal dia udah nulis banyak artikel. Setelah kutelusuri dan aku kroscek melalui masukan-masukan dari para editor selama Kelas Menulis yang kedua kemarin (24/11), ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dengan jeli. So, buat kalian yang sampai sekarang tulisannya masih lama banget di tab ‘pending’, jangan berkecil hati. Aku punya beberapa tips nih. Berdasarkan hasil observasi langsung dan pengalamanku pas jadi proofreader dan editor fiksi.

Tetap semangat menulis ya! (Doc. IDN Times)
  1. Pahami gaya penulisan media yang dituju. Contohnya, misal kamu mau nulis di IDN Times, ya kamu harus paham gaya yang cocok sama IDN itu yang seperti apa. Bahasanya gimana, format penulisannya seperti apa. Kalau misal masih bingung, kamu bisa cek di FAQ. Di situ sebagian besar kesulitanmu akan terjawab. Ingat ya sebelum bertanya, iqra’ dulu!
  2. Buat lah judul yang menarik karena ini artikel. Belum terbiasa membuat judul ala IDN yang ada angkanya? Atau kesusahan dengan format listicle? Gampang. Balik lagi ke poin 1. Iqra’ ya! Rajin-rajin baca artikel sebelumnya. Aku sebelum submit artikel yang pertama juga gitu. Nih aku kasih contoh judul dan topik artikel yang menarik. Klik disini
  3. Tulislah serapi mungkin, hindari typo. Salah ketik itu emang wajar, tapi kalau kebanyakan itu jadi merusak mata dan estetika. Dulu pas aku dapet amanah jadi juri lomba cerpen, naskah-naskah yang banyak typo itu kusisihkan untuk sementara. Jujur aja itu annoying. Jadi agak males bacanya. Dulu aku niatnya mau kasih feedback, tapi karena naskahnya ratusan dan waktu buat seleksi singkat, akhirnya nggak jadi. Mungkin hal yang sama juga dialami oleh tim editor.
  4. Pilih topik yang jadi tema di bulan tersebut. Kemarin pas sharing dapet bocoran dari editor. Artikel yang sesuai dengan tema bulanan akan diutamakan. Misal bulan ini ada tema Women, aku nulis artikel tentang tokoh wanita yang memperjuangkan emansipasi. Related juga sama kasus Agni yang sedang dibahas oleh publik. Kalian bisa baca disini atau bisa juga baca yang cewek petualang
  5. Cari angle yang menarik. Jangan yang monoton. Coba banyakin baca referensi atau bisa juga kamu nulis dari kejadian yang ada di sekitarmu. Aku pribadi lebih mudah nulis topik yang related with. Contohnya aja tema yang lagi hype, KPop. Kamu bisa mulai dari grup yang kamu sukai atau yang lagi sering dibicarakan temen sekelas. Kemarin pas EXO comeback, aku nggak bahas albumnya, tapi pendapat fans dari beberapa negara. Silakan baca artikel selengkapnya disini
  6. Gunakan bahasa yang komunikatif. Sederhana aja, yang penting pembaca paham maksudnya. Asal jangan bablas aja. Tetap perhatikan kaidah penulisan yang benar. Di Kelas Menulis Batch 1, kami dapat challenge buat nulis artikel tema politik. Rada susah pasti, tapi ternyata bisa kok. Baca aja artikelku tentang #MilennialsMemilih
  7. Pilih gambar yang benar-benar berhubungan dengan topik kamu. Jangan asal comot! Perhatikan juga resolusi dan sumber gambar. Oh iya, penulisan alamat sumbernya juga. Jangan sampai salah nulis. Tim editor ngecek loh sumber gambar yang kamu kirim.
  8. Sebelum submit, baca ulang tulisan kamu. Ini untuk meminimalisir typo, juga buat mengecek ulang barangkali ada kalimat yang kurang pas.
  9. Jangan fokus pada poin, tapi gimana caranya mengasah skill.

Nah, itu tadi 9 tips yang bisa aku bagikan buat kalian. Semoga bisa membantu. Oh ya, ada yang ketinggalan. Jangan puas ketika kamu merasa mampu, karena kita harus belajar terus. Ilmu akan terus terbarui, dan kita wajib mengikuti.

Semoga setelah ini tulisan-tulisan kalian lolos kurasi di IDN Times Community juga! Buat yang mau sharing atau mau baca tulisanku yang lain bisa cek instagram @diyah.dii_

Comments