Hello, hi!!!
Omaigat udah lama banget sejak aku terakhir nulis di blog ini. Gegara beberapa hari lalu baca ulang folder tulisan lama, aku pun rindu berbincang melalui kata. eciyeeee lol and here I am now! Mari mengobrol seputar dunia kerja. Buat yang hobi baca tulisan panjangku, mungkin kamu bakal suka. Buat yang nggak suka baca, coba baca deh cerita yang satu ini (wkwk maksa!) barangkali bisa dapet insight baru.
Sebelumnya aku pernah sharing seputar pengalaman kerja di instagram. Cek aja di highlight "Next (ikon book) #3" kalau mau baca. Anw ngomongin soal kerja, aku udah coba macam-macam jenis pekerjaan. Mulai dari kerja kasaran yang gak butuh skill khusus, kerja rodi yang gajinya gak manusiawi, sampai akhirnya memilih buat upgrade skill dan bekerja sendiri. Dan pas kerja sendiri, punya jam kerja yang berbeda dengan yang lain, beberapa bilang, "Enak ya bisa ngatur jam kerja sendiri," atau "Pengen deh kayak gitu juga. Capek disuruh-suruh sama bos".
Well, ketika sudah sampai di titik sekarang lalu ditanya, "Lebih enak kerja sendiri atau ikut company?" the answer is depend on us. Because it's not about the job, but it's all about ourselves. How do we stick with our choices? How do we know what we wanted? Karena yang namanya kerja akan selalu ada yang namanya enak dan gak enak. Mau kita se-excited apapun dengan pekerjaan tersebut. Saat kita bekerja sendiri, gak ada yang bakal ngingetin tentang deadline and what to do.
Honestly, ini lebih gede pressure nya. Kita hanya punya diri sendiri untuk nge-push kerjaan ini dan itu harus kelar. Termasuk saat bener-bener stuck gak tau harus ngapain. Plus, bekerja sendiri berarti tergantung pada apa yang dikerjakan. Which is unstable condition. Harus pinter-pinter ngatur keuangan dan bikin plan a, b, c dsb. Kalau-kalau gak ada yang dikerjain kudu ngapain biar bisa tetep survived.
Keadaan tersebut berbanding terbalik kalau kita di sebuah perusahaan. Saat bekerja sebagai karyawan (apapun jabatannya), we have stable payroll. Tiap bulan ada yang dijagain, tiap bulan bakal digaji. Nominalnya mungkin bervariasi tergantung posisi dan seberapa besar tanggungjawab kita. Pressure dari atasan itu sudah pasti. Target bulanan, complain dari klien, dituntut ini dan itu. Belum lagi ditambah kalau lingkungannya gak sehat. Sikut sana sini. Malesin ya? Hidup cuma sekali kok gitu amat?
Tapi, apakah semua tempat kerja seperti itu? Definitely no, i can said it clearly. Ada kok tempat kerja yang lingkungannya sehat, pressure sebanding sama reward, coworker yang gak saling sikut dan jenjang karir yang nyata. Bukan sebatas grafik yang dijelaskan saat interview kerja. Emang aku pribadi belum pernah nemu company seperti itu, my friends did. Misal kamu sekarang belum nemu tempat itu, gak papa jangan buru-buru resign. Bertahan, ya. Sambil cari tempat lain yang bener-bener bisa bikin kamu on fire saat bekerja. Percayalah, gak punya kerjaan dan bingung mikir, "Besok makan apa ya?" itu lebih gak menyenangkan.
Buat kamu yang pengen resign karena ngeliat temen duitnya ngalir, punya usaha sendiri, gak diperintah orang. Terus kamu pengen yang kayak gitu juga. Hmm, coba pikirkan baik-baik. Sejauh apa kamu udah mempersiapkan hal tersebut. Milih buat terjun di dunia bisnis gak akan bikin mendadak jadi kaya. Punya bisnis berarti jam kerja gak lagi 8-12 jam tapi 24 jam. Ya, gak kenal waktu. Aku pernah tidur antara 2-3 jam karena ngurusin sebuah bisnis (yang sebenernya bukan punyaku, tapi jobdesc nya serasa itu punyaku). Bangun-bangun buka laptop ngecek ini itu. Terus inget-inget hari ini kudu ngerjain ini itu dan kesana kesini. Sampe rasanya 24 jam itu nggak cukup.
Masih nyambung soal bisnis, sejak awal 2020 aku sama tiga temen bikin bisnis bareng. Namanya nine2you. Dan gak kerasa sekarang udah 1,5 tahun jalan. Secara profit mungkin belum benar-benar menghasilkan, but we growth. Aku yang awalnya ngedit biasa aja di Canva, jadi belajar fitur lain biar bisa ngedit yang lebih bagus dan layak buat dijual. Serunya lagi, aku pelan-pelan belajar digital paint. Selain itu, jadi belajar fotografi produk juga. Biar tampilan di media sosial menarik dan narik orang buat beli.
Profit mungkin menjadi salah satu goals, tapi bukan satu-satunya. Karena kalau itu tujuan kami di awal, mungkin sejak enam bulan pertama, kami sudah menyerah. Saat tujuannya uang, orang akan berhenti ketika tidak menghasilkan. Tapi kami masih terus berjalan, dan pelan-pelan kami mencapai apa yang menjadi tujuan. Doakan ya! Semoga bisnis yang sedang kami jalankan ini menjadi berkah bagi banyak orang kelak.
Thus, I wanna said it clearly, business is not for everyone. Ini berkaitan erat dengan mindset. Gak semua orang berjiwa pebisnis, sebagian memang ditakdirkan untuk menjadi pekerja. Ya karena kalau semua orang jadi pebisnis, yang kerja siapa? Yang bisa tahu kita mau jadi pebisnis atau pekerja itu ya kita sendiri. Gak ada posisi yang lebih baik, karena keduanya memiliki porsi dan tugas masing-masing. Kalau sekarang belum tahu jawabannya, tunggu aja sambil ngerjain apa yang harus dikerjain. You will find the answer.
Last, mau nambahin buat yang pengen bekerja sendiri, ini berarti kamu harus punya skill yang bisa dijual. Gak cukup dengan basic skill seperti bisa ngetik di Ms. Word atau nyusun tumpukan berkas. Dan skill tersebut harus selalu di-update dan upgrade seiring dengan berkembangnya zaman. Gak boleh malas yaaaa.
Panjang juga ceritanya wkwk... nulis pagi-pagi begini emang suka ngalir gitu aja. Jadi giman? Pilih jadi karyawan, bekerja sendiri atau punya bisnis? Gak perlu jawab di sini. Cukup dalam hati and do it!
Comments
Post a Comment