Twenty-Five, Twenty-One: The Spirit of Youth to Pursuing Their Dreams

Lessons come at a price - Coach Yang
Cast KDrama Twenty-Five, Twenty-One (dok TVN)

    Aku bukan tipikal orang yang suka ngikutin apa yang sedang hype, either fashion, pop culture, movie or etc, included KDrama. Kalau lagi hype malah biasanya malas nonton wkwkwk. Seringnya, sih, nonton karena "kebetulan" atau ada potongan scene yang seliweran di Timeline, yang bikin aku penasaran karena cukup relate. Begitu pun pas akhirnya memilih nonton Twenty-Five, Twenty-One.
    Jujurly, tidak berekspektasi apa pun pas nonton, tapi cukup enjoy pas nonton. Karakter Na Hee-do cukup ikonis dengan suara yang khas, tindakan-tindakan impulsif buat ngeraih apa yang dipengin. Ah ya, jangan lupa sikapnya yang terkesan ceplas-ceplos hahaha. She got what she wanted in a good way. Kalian tahu apa yang menyenangkan saat tidak berekspektasi apa-apa? It turns out good and makes our heart full. Kira-kira itu yang aku rasain selama nonton Twenty-Five, Twenty-One.
    Abis ini aku mau kasih review dan poin-poin menarik, kenapa kamu wajib nonton drama ini at least once, berapa pun usia kamu. Baca sampai habis, jangan skip! :D

1. Tema yang diangkat gak sebatas romansa, ada persahabatan, perjuangan meraih mimpi, dan juga parenting

cuplikan drama Twenty-Five, Twenty-One (dok tvN)

    Dari sekian drama Korea yang udah aku tonton, Twenty-Five, Twenty-One jadi salah satu drama yang menyuguhkan cerita relatable sama apa yang udah aku jalani. Mulai dari Na Hee-do yang terbiasa ngelakuin apa-apa seorang diri begitu ayahnya tiada dan ibunya sibuk kerja, sikap keukeuh tetep mau ikutan fencing sampai minta buat pindah sekolah, sifat pantang menyerah buat ngeraih apa yang dipengin. OMG my eyes TT.....
    Di bagian awal cerita, waktu Hee-do bilang tetep mau fencing meanwhile her mother questioned about that, hoaaah those scene hit me so hard!!!! >< Masih ingat betul waktu awal-awal nulis, waktu masih belum keliatan "hasilnya", my mother said what I've done was useless if I can't get any benefit. It hurts, ofc. Pada saat demikian yang dibutuhkan dari seorang anak adalah encouragement not complain or other stuffs that make them being at the corner side.
    Di drama ini, kamu juga bakal kenalan sama karakter lain di antaranya Back Yi-jin, Ji Seung-wan, Ko Yu-rim, Moon Ji-woong, Coach Yang Chan-mi, dan tentu saja orangtua mereka berlima. Kelima tokoh utama ini punya latar belakang dan sifat unik yang beda-beda, seolah pengin nunjukin ke penonton kalau setiap anak itu istimewa dan punya cara beda-beda buat tumbuh.

2. Setiap orang memiliki jalan hidup berbeda
 
Bona WJSN sebagai Ko Yu-rim di Twenty-Five, twenty-One (dok tvN)

   Yang gak kalah menarik adalah drama ini menggambarkan lingkungan yang positif. Di circle lima sekawanan, ada yang ambis, ada yang santuy, ada yang teguh pendirian. Punya karakter beda-beda gak bikin salah satunya ngerasa rendah diri berlebihan, sewajarnya aja. Ko Yu-rim jadi atlet peraih medali emas dan terkenal di seantero Korea, tapi punya keluarga dengan ekonomi yang kurang bagus. Dia pun sempet ngerasa minder pas tahu sepatu Hee-do pake sepatu bermerk, sedangkan sepatu dia terkesan butut. Meski sempat ngerasa minder, dia tetap fokus buat terus ngelatih kemampuan fencing-nya.

Kim Tae-ri sebagai Na Hee-do di Twenty-Five, twenty-One (dok tvN)
    
    Gimana dengan Hee-do? Anak ini bener-bener digambarin jadi sosok yang full of energy, yang bakal bet of everything while fighting for she wanted. Again she reminds me of the young's myself. Alih-alih bikin ngerasa minder atau gimana-gimana, pencapaian-pencapaian yang udah diraih Yu-rim bikin dia makin semangat berlatih fencing.

Lee Ju-myeong sebagai Ji Seung-wan di Twenty-Five, Twenty-One (dok tvN)

    Lalu, ada tokoh yang gak kalah badass, Ji Seung-wan. Gokil banget Si Ketua Kelas ini, mah. Karakternya gak kalah kuat. Hobinya sebagai ghost announcer (kalau sekarang Podcaster mungkin, ya?) yang ngangkat isu-isu sensitif berdasarkan kejadian di sekolah itu juga keren.

Choi Hyeon-wook sebagai Moon Ji-woong (dok tvN)

    Ada juga Ji-woong, yang kalau dilihat sekilas mungkin orang bakal bilang, "Alah, lu good looking doang, tapi gak bisa apa-apa dibanding temen-temen di serkel yu." Umumnya, gak sedikit orang yang bakal minder bahkan insecure kalau ada di lingkungan orang-orang yang expert di bidang masing-masing. Seolah ngerassa diri ini kecil gitu. Seenggaknya aku pernah ngerasa begitu. Ji-woong gak begitu. Karakter dia santuy, tapi selalu ada buat temen-temennya. Dia mungkin bergerak lambat, tapi dia tahu apa yang dimau.

Nam Ju-hyuk sebagai Back Yi-jin di Twenty-Five, Twenty-One (dok tvN)

    Terakhir ada Yi-jin, anak tertua keluarga kaya raya yang tiba-tiba jatuh miskin karena usaha ayahnya bangkrut. Seorang anak sulung yang gak tahu apa-apa berakhir harus DO dari kampus prestige, "diburu" penagih hutang, hidup terpisah dari keluarga, ninggalin mimpi lamanya, then doing anything for survived. Pokoknya aku kerja dulu, apa aja yang penting bisa buat bertahan hidup, kira-kira begitu yang ada di pikiran Yi-jin.

    See? Quite interesting characters right? Drama ini, tuh, bener-bener nge-highlight, "Kalau kamu terus berjuang dan gak nyerah, pasti suatu hari bakal nemu jalannya." Pun kita diajak buat ngeliat sesuatu dari berbagai sudut pandang. Dengan begitu, kita bisa lebih damai menjalani hidup.

3. Beragam penerapan parenting dalam sebuah keluarga

cuplikan drama Twenty-Five, Twenty-One (dok tvN)

    Dibesarkan dengan asuhan dan lingkungan yang berbeda, tentu aja output dari setiap karakter akan berbeda. Dari kelima karakter utama, bisa dibilang Hee-do dan Ji-woong yang dididik secara berbeda. Untungnya, mereka punya support system dari pihak lain yang baik, yaitu teman-temannya.
    Hee-do yang kekurangan perhatian karena ibunya sibuk kerja setelah ayahnya meninggal, punya teman virtual bernama Injeolmi yang selalu ada di kala ia merasa terpuruk. Sampai akhirnya dia ketemu Yi-jin dan menjalin pertemanan dengan Seung-wan, Ji-woong, dan Yu-rim.
    Begitu pula dengan Ji-woong, dari kecil dia udah temenan sama Seung-wan karena ibunya single parent. Ibunya sering ngomong hal-hal menyakirkan, tapi Ji-woong menanggapinya dengan baik. Ibu Seung-wan selalu ngasih dia perhatian dan nasihat baik, thus instead of resent her mother, he tried to understanding her mom's condition. 
    Gambaran yang baik dalam drama ini adalah bagaimana cara orangtua mendengarkan alasan atau pendapat anak terlebih dahulu, sebelum memberikan tanggapan. Gak langsung judging, tapi didengerin dulu fakta-faktanya. That's the good point. Sama halnya tentang pertemanan anak. Para orangtua di drama ini bener-bener welcome, baik betulan tanpa embel-embel begini-begitu. Dan yang terpenting adalah gak kepo :D Selebihnya silakan nonton sendiri, ya!

4. Pentingnya menemukan mentor yang tepat

Hee-do dan Coach Yang (dok tvN)

    Berkaitan dengan poin 1, saat sedang berjuang meraih mimpi, kita perlu mentor yang tepat, mentor yang bakal sama-sama berjuang di setiap proses yang bakal kita hadapi till the end. Waktu Hee-do akhirnya ketemu Coach Yang, bagian ini ngingetin aku pas akhirnya bisa jadi bagian kecil dari IDN Times Community. Kalau di 2018 jadi kontributor yang istilahnya masih "orang luar", di 2021 aku berkesempatan bergabung untuk masuk di ekosistem industri media.
    I learn a lot, meski komunikasi di antara kami sebatas melalui WAG. Aku pun bisa merasakan kemampuan editing serta knowledge mengenai kepenulisan semakin bertambah seiring dengan berjalannya waktu. Selama menjadi editor lepas, aku gak cuma belajar tentang kurasi artikel atau pun hal-hal teknis, melainkan juga tentang etika dalam bekerja, tentang bagaimana menciptakan lingkungan kerja yang sehat. Termasuk bagaimana caranya transfer ilmu, memberikan kesempatan serta dukungan pada para penulis baru.

Yi-jin dan News Anchor Shin (dok tvN)

    Community Manager-ku ngingetin aku di scene ketika Hee-do's mom lagi meeting, dia menyarankan untuk mencoba memberikan kesempatan pada lulusan SMA yang berkualitas buat jadi reporter. Sebab bisa aja mereka drop out karena berbagai alasan, tapi sebenarnya punya potensi menjadi jurnalis yang kompeten. Begitu juga dengan scene ketika Coach Yang gak bolehin Ye-ji buat keluar dari klub fencing, kecuali dia bisa lolos babak perempat di salah satu pertandingan.
    Selama menjadi editor lepas, ada banyak pertanyaan yang hinggap di pikiran.
Ini 'kan salah satu pekerjaan impianku, tapi kenapa rasanya sulit dijalankan, ya? Aku dari dulu pengin kerja di lingkungan yang sehat, yang sesuai jobdesc dan manusiawi, tapi kenapa begitu dapet kesempatan akunya yang kesulitan menyesuaikan? Udah sekian bulan, kok, masih lari-larian, ya? Kalau aku kayak gini, orang-orang yang udah ngasih kesempatan bakal kecewa gak, ya?
    Dari berbagai masalah yang ada, aku selalu coba komunikasikan dengan Community Manager. Sebenernya tiap kali "ngeluh" aku sempat berpikir, ini aku kayak cari-cari alasan aja gak, sih? Kok rasanya adaaa aja masalah. Namun, tanggapan yang aku terima benar-benar berbeda. Selalu ada aja cara dan back up plan yang dikasih Community Manager-ku. "Dimaksimalkan lagi aja, ya. Tetep semangat! :D" kira-kira begitu yang disampaikan.
    And that makes my heart full. Dari setiap tindakan-tindakan solutif yang ia lakukan, aku belajar untuk melakukan hal sama, meneruskan kebaikan tersebut bagi mereka yang sedang berjuang. Pun aku belajar untuk mencoba berbagai cara supaya bisa memenuhi target pekerjaan yang diberikan. Nothing last forever, right? Aku masih diberi kesempatan untuk mencoba, jadi yang perlu kulakukan adalah terus berusaha dengan baik. Bukan demi tidak mengecewakan orang-orang yang telah memberikan kesempatan, tapi demi diriku sendiri yang gak pernah berhenti berjuang.
    Mian, poin ini lebih banyak curhatnya :))))

5. Unexpected yet beautiful ending

cuplikan drama Twenty-Five, twenty-One (dok tvN)

    Gak sedikit orang yang kecewa dan bilang kalau Twenty-Five, Twenty-One ini sad ending. For me, it's not. Instead of sad ending, this drama had unexpected, realistic yet beautiful ending. Sebelumnya perlu diingat kalau drama ini premisnya tentang berjuang meraih mimpi, bukan rom-com. The way Hee-do and Yi-jin love each other are beautiful. Mereka adalah pasangan realistis yang jujur dengan keinginan dan pilihan hidup masing-masing. Daripada memaksakan diri untuk terus bersama, lebih baik diakhiri dengan indah. Supaya gak ada sesal di kemudian hari.
    We always have a special spot in our heart for precious people, right? Sebagian orang hadir untuk membentuk karakter kita menjadi lebih kuat. Sebagian lagi menemani di masa-masa sulit. Sisanya adalah mereka yang menemani hingga akhir hayat. Tidak ada takaran waktu yang pasti. orang-orang ini akan datang silih berganti.
    Overall, drama ini worth to watch! Meskipun porsi cerita lebih nge-highlight tentang Hee-do, tapi kita bakal nemuin banyak inspirasi kehidupan dari tokoh-tokoh lain juga, kok. Script naskahnya sederhana dan relatable sama kehidupan. Aku cukup banyak berkaca-kaca sampe nangis selama nonton HAHAHA, terutama pas bagian Hee-do berhasil ikutan Asian Games 1999. Jadi bagian dari Asian Games 2018 itu bener-bener big dream sejak kecil. Cita-citaku gak spesifik, sebatas pengin jadi delegasi Indonesia di ajang internasional aja. Eh gak taunya terwujud puluhan tahun kemudian :"
    Oke, mari kita akhiri sesi review dan curhat tentang Twenty-Five, Twenty-One. Tetap semangat buat kamu yang saat ini sedang berjuang. Terima kasih sudah bertahan dan gak menyerah hingga detik ini. It might seems harder, in fact you're become stronger. Cheers!

Comments